Jakarta, yang penuh dengan “sejuta polusi” dan setiap sudutnya berdiri tegak deretan “pencakar langit”. Hal ini semakin menegaskan keangkuhan republik ini. Setiap detiknya orang yang tinggal di kota ini tidak bisa bernafas lega. Karena udara yang mereka hirup setiap harinya penuh dengan “sejuta polusi”. Kegelisahan inilah yang membuat seorang laki-laki paruh baya mengabdikan dirinya kepada alam sebagai bentuk ibadahnya kepada sang pencipta jagad raya
Dialah Bang Haji Chaerudin yang lahir di Jakarta 13 April 1956. Secara konsisten selama 20 tahun ia berjibaku dengan alam. Perjuangan panjang dan penuh rintangan tidak memadamkan semangat bapak dua orang anak ini untuk terus berkarya “menciptakan” alam yang sejuk diantara pepohonan rindang di sepanjang pinggiran Kali Pesanggrahan.
Berkat kegigihan Bang Haji melestarikan hutan kali Pesanggrahan dengan konsep manajemen kearifan alamnya, ia memperoleh berbagai pengharagaan antara lain : pada tahun 2000 mendapatkan Kalpataru (sebagai penyelamat lingkungan), Penghargaan Internasional Dubai tahun 2002 untuk kategori “Best Practise”, Penyelamat air sektor masyarakat dalam rangka hari Air se-Dunia tahun 2003 dan masih banyak lagi penghargaan yang diraihnya.
“Bang Haji,” yang memberikan kita pemahaman tentang pentingnya menyikapi alam dengan kearifan dan ia berpesan kepada kita semua, “alam ini bukan warisan, tetapi titipan anak cucu dan biarlah alam berdiplomasi dengan caranya sendiri”.
16 Oktober 2008
"Bang Haji"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar